uuu9H...

caRI...AKYu

Sabtu, 08 Maret 2008

KERJASAMA DALAM RANGKA ALIH TEKNOLOGI

Sebagai salah satu instansi penelitian dan pengembangan, Balitbang Dephan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dirgantara mengadakan kerjasama baik antar institusi di dalam negeri maupun dengan institusi negara lain yang memiliki keinginan yang sama dalam pemanfaatan teknologi dirgantara. Dimana Balitbang Dephan sedang mengembangkan teknologi dirgantara yang berhubungan dengan pemanfaatan GPS untuk menentukan posisi pasukan, Pesawat Terbang Tanpa Awak serta laboratorium tentang aplikasi data penginderaan jauh (Inderaja). Selain Balitbang Dephan untuk pengembangan teknologi kedirgantaraan tersebut diatas didukung oleh sarana dan prasarana yang tersebar pada berbagai instansi, seperti PUSPIPTEK I di Serpong yang telah dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan industri pesawat terbang dan industri komponen lainnya. Untuk meningkatkan pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan iptek, serta sekaligus untuk keperluan pengembangan industri dirgantara, saat ini sedang dipersiapkan pembangunan PUSPIPTEK II Dirgantara di Bandung. PUSPIPTEK II ini juga akan merupakan fasilitas pendukung untuk penyelenggaraan pendidikan iptek dirgantara (pemerintah dan swasta) yang memerlukannya. Juga sedang dipelajari untuk membangun PUSPIPTEK III Antariksa di Parepare (Sulawesi Selatan) dan PUSPIPTEK IV Kemaritiman di Biak (Irian Jaya). Keempat PUSPIPTEK ini akan menjadi satu kesatuan dalam peningkatan kemampuan pemanfaatan, pengembangan, penguasaan iptek dan industri dirgantara. Untuk pengembangan pengetahuan tentang aplikasi data penginderaan jauh, berbagai laboratorium telah dioperasikan pada berbagai instansi, antara lain LAPAN, BAKORSUR TANAL, BPP Teknologi dan Dep. PU, serta di UGM dan ITB. Untuk pengembangan pengetahuan tentang kondisi dan dinamika atmosfer, telah dioperasikan Radar Angin (Wind Profilling Radar) dan Boundary Layer Radar di Biak, Boundary Layer Radar dan Meteor Wind Radar di Serpong, Global Atmospheric watch Station di Bukit Tinggi, Medium-Frequency (FM) Radar di Pontianak, Stasiun Peluncuran Balun Stratosfer di Watukosek (Jawa Timur), Stasiun Peluncuran Roket Sonda di Pameungpeuk (Jawa Barat)Untuk pengembangan pengetahuan astronomi telah dioperasikan beberapa tipe Teropong Bintang di Observatorium Boscha, Lembang. Dalam rangka meningkatkan teknologi pesawat terbang dan yang terkait yang sekaligus digunakan untuk pendidikan, sejumlah fasilitas telah dibangun dan dioperasikan di ITB. Untuk penguasaan teknologi peroketan, telah dimulai dengan pengembangan Remotely Piloted Vehicle (RPV) yang sekaligus akan melengkapi kemantapan industri dirgantara nasional untuk keperluan militer. Pengembangan RPV ini didukung oleh Lab. Termodinamika Motor dan Propulsi dan Lab. Mekanika di PUSPIPTEK I, Serpong.

Dimana Kerjasama dengan institusi negara-negara lain dalam rangka alih teknologi kedirgantaraan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk-bentuk kerjasama yang telah dijalin selama ini, seperti Kerjasama Selatan-Selatan (antar negara berkembang), Kerjasama Utara-Selatan (antara negara berkembang dengan negara maju) dan juga menggunakan kerjasama bilateral.

Sedangkan kerjasama dengan institusi negara-negara lain perlu dimanfaatkan dalam kerangka kerjasama sebagai berikut:

a. Kerjasama Teknik Antar Negara Berkembang (KTNB) yang selama ini telah dilakukan Indonesia secara aktif dengan penggunaan/pembiayaan dari pihak Indonesia maupun donor. Kegiatan yang telah dilaksanakan selama ini antara lain, pelatihan di bidang pertanian, keuangan dan lain-lain. Negara-negara sedang berkembang lainnya yang mempunyai teknologi kedirgantaraan seperti India cukup aktif dalam kegiatan pelatihan tersebut. Dalam hal ini penjajakan bersama dengan India untuk pelatihan dan saling tukar menukar keahlian/ teknologi kedirgantaraan dapat dilakukan lebih intensif.

b. Pemanfaatan forum-forum seperti GNB dan D-8. Turki misalnya sebagai salah satu anggota D-8 pernah menawarkan proyek kerjasama di bidang pengembangan teknologi penerbangan untuk pertanian.

Selain itu peningkatan kerjasama bilateral antar negara sedang berkembang (misalnya dengan China dan Polandia) dan dengan negara maju (antara lain dengan Jerman, Perancis dan Jepang) melalui pembentukan kerjasama di bidang kedirgantaraan juga dapat dilakukan. Disamping itu perlunya memanfaatkan secara lebih maksimal perjanjian-perjanjian kerjasama teknis yang telah ada di bidang kedirgantaraan dengan negara-negara lain.

Pembentukan suatu pilot project di bidang kedirgantaraan melalui kerjasama dengan negara berkembang dan negara maju maupun dalam forum organisasi internasional maupun multilateral. Hal lain yang perlu dilakukan adalah promosi kemampuan teknologi kedirgantaraan Indonesia kepada negara-negara berkembang melalui forum multilateral (seperti GNB, OKI) untuk memperkenalkan produk Indonesia yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan pasar produk penerbangan Indonesia.

KERJASAMA DALAM RANGKA ALIH TEKNOLOGI

Sebagai salah satu instansi penelitian dan pengembangan, Balitbang Dephan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dirgantara mengadakan kerjasama baik antar institusi di dalam negeri maupun dengan institusi negara lain yang memiliki keinginan yang sama dalam pemanfaatan teknologi dirgantara. Dimana Balitbang Dephan sedang mengembangkan teknologi dirgantara yang berhubungan dengan pemanfaatan GPS untuk menentukan posisi pasukan, Pesawat Terbang Tanpa Awak serta laboratorium tentang aplikasi data penginderaan jauh (Inderaja). Selain Balitbang Dephan untuk pengembangan teknologi kedirgantaraan tersebut diatas didukung oleh sarana dan prasarana yang tersebar pada berbagai instansi, seperti PUSPIPTEK I di Serpong yang telah dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan industri pesawat terbang dan industri komponen lainnya. Untuk meningkatkan pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan iptek, serta sekaligus untuk keperluan pengembangan industri dirgantara, saat ini sedang dipersiapkan pembangunan PUSPIPTEK II Dirgantara di Bandung. PUSPIPTEK II ini juga akan merupakan fasilitas pendukung untuk penyelenggaraan pendidikan iptek dirgantara (pemerintah dan swasta) yang memerlukannya. Juga sedang dipelajari untuk membangun PUSPIPTEK III Antariksa di Parepare (Sulawesi Selatan) dan PUSPIPTEK IV Kemaritiman di Biak (Irian Jaya). Keempat PUSPIPTEK ini akan menjadi satu kesatuan dalam peningkatan kemampuan pemanfaatan, pengembangan, penguasaan iptek dan industri dirgantara. Untuk pengembangan pengetahuan tentang aplikasi data penginderaan jauh, berbagai laboratorium telah dioperasikan pada berbagai instansi, antara lain LAPAN, BAKORSUR TANAL, BPP Teknologi dan Dep. PU, serta di UGM dan ITB. Untuk pengembangan pengetahuan tentang kondisi dan dinamika atmosfer, telah dioperasikan Radar Angin (Wind Profilling Radar) dan Boundary Layer Radar di Biak, Boundary Layer Radar dan Meteor Wind Radar di Serpong, Global Atmospheric watch Station di Bukit Tinggi, Medium-Frequency (FM) Radar di Pontianak, Stasiun Peluncuran Balun Stratosfer di Watukosek (Jawa Timur), Stasiun Peluncuran Roket Sonda di Pameungpeuk (Jawa Barat)Untuk pengembangan pengetahuan astronomi telah dioperasikan beberapa tipe Teropong Bintang di Observatorium Boscha, Lembang. Dalam rangka meningkatkan teknologi pesawat terbang dan yang terkait yang sekaligus digunakan untuk pendidikan, sejumlah fasilitas telah dibangun dan dioperasikan di ITB. Untuk penguasaan teknologi peroketan, telah dimulai dengan pengembangan Remotely Piloted Vehicle (RPV) yang sekaligus akan melengkapi kemantapan industri dirgantara nasional untuk keperluan militer. Pengembangan RPV ini didukung oleh Lab. Termodinamika Motor dan Propulsi dan Lab. Mekanika di PUSPIPTEK I, Serpong.

Dimana Kerjasama dengan institusi negara-negara lain dalam rangka alih teknologi kedirgantaraan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk-bentuk kerjasama yang telah dijalin selama ini, seperti Kerjasama Selatan-Selatan (antar negara berkembang), Kerjasama Utara-Selatan (antara negara berkembang dengan negara maju) dan juga menggunakan kerjasama bilateral.

Sedangkan kerjasama dengan institusi negara-negara lain perlu dimanfaatkan dalam kerangka kerjasama sebagai berikut:

a. Kerjasama Teknik Antar Negara Berkembang (KTNB) yang selama ini telah dilakukan Indonesia secara aktif dengan penggunaan/pembiayaan dari pihak Indonesia maupun donor. Kegiatan yang telah dilaksanakan selama ini antara lain, pelatihan di bidang pertanian, keuangan dan lain-lain. Negara-negara sedang berkembang lainnya yang mempunyai teknologi kedirgantaraan seperti India cukup aktif dalam kegiatan pelatihan tersebut. Dalam hal ini penjajakan bersama dengan India untuk pelatihan dan saling tukar menukar keahlian/ teknologi kedirgantaraan dapat dilakukan lebih intensif.

b. Pemanfaatan forum-forum seperti GNB dan D-8. Turki misalnya sebagai salah satu anggota D-8 pernah menawarkan proyek kerjasama di bidang pengembangan teknologi penerbangan untuk pertanian.

Selain itu peningkatan kerjasama bilateral antar negara sedang berkembang (misalnya dengan China dan Polandia) dan dengan negara maju (antara lain dengan Jerman, Perancis dan Jepang) melalui pembentukan kerjasama di bidang kedirgantaraan juga dapat dilakukan. Disamping itu perlunya memanfaatkan secara lebih maksimal perjanjian-perjanjian kerjasama teknis yang telah ada di bidang kedirgantaraan dengan negara-negara lain.

Pembentukan suatu pilot project di bidang kedirgantaraan melalui kerjasama dengan negara berkembang dan negara maju maupun dalam forum organisasi internasional maupun multilateral. Hal lain yang perlu dilakukan adalah promosi kemampuan teknologi kedirgantaraan Indonesia kepada negara-negara berkembang melalui forum multilateral (seperti GNB, OKI) untuk memperkenalkan produk Indonesia yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan pasar produk penerbangan Indonesia.

KERJASAMA DALAM RANGKA ALIH TEKNOLOGI

Sebagai salah satu instansi penelitian dan pengembangan, Balitbang Dephan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dirgantara mengadakan kerjasama baik antar institusi di dalam negeri maupun dengan institusi negara lain yang memiliki keinginan yang sama dalam pemanfaatan teknologi dirgantara. Dimana Balitbang Dephan sedang mengembangkan teknologi dirgantara yang berhubungan dengan pemanfaatan GPS untuk menentukan posisi pasukan, Pesawat Terbang Tanpa Awak serta laboratorium tentang aplikasi data penginderaan jauh (Inderaja). Selain Balitbang Dephan untuk pengembangan teknologi kedirgantaraan tersebut diatas didukung oleh sarana dan prasarana yang tersebar pada berbagai instansi, seperti PUSPIPTEK I di Serpong yang telah dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan industri pesawat terbang dan industri komponen lainnya. Untuk meningkatkan pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan iptek, serta sekaligus untuk keperluan pengembangan industri dirgantara, saat ini sedang dipersiapkan pembangunan PUSPIPTEK II Dirgantara di Bandung. PUSPIPTEK II ini juga akan merupakan fasilitas pendukung untuk penyelenggaraan pendidikan iptek dirgantara (pemerintah dan swasta) yang memerlukannya. Juga sedang dipelajari untuk membangun PUSPIPTEK III Antariksa di Parepare (Sulawesi Selatan) dan PUSPIPTEK IV Kemaritiman di Biak (Irian Jaya). Keempat PUSPIPTEK ini akan menjadi satu kesatuan dalam peningkatan kemampuan pemanfaatan, pengembangan, penguasaan iptek dan industri dirgantara. Untuk pengembangan pengetahuan tentang aplikasi data penginderaan jauh, berbagai laboratorium telah dioperasikan pada berbagai instansi, antara lain LAPAN, BAKORSUR TANAL, BPP Teknologi dan Dep. PU, serta di UGM dan ITB. Untuk pengembangan pengetahuan tentang kondisi dan dinamika atmosfer, telah dioperasikan Radar Angin (Wind Profilling Radar) dan Boundary Layer Radar di Biak, Boundary Layer Radar dan Meteor Wind Radar di Serpong, Global Atmospheric watch Station di Bukit Tinggi, Medium-Frequency (FM) Radar di Pontianak, Stasiun Peluncuran Balun Stratosfer di Watukosek (Jawa Timur), Stasiun Peluncuran Roket Sonda di Pameungpeuk (Jawa Barat)Untuk pengembangan pengetahuan astronomi telah dioperasikan beberapa tipe Teropong Bintang di Observatorium Boscha, Lembang. Dalam rangka meningkatkan teknologi pesawat terbang dan yang terkait yang sekaligus digunakan untuk pendidikan, sejumlah fasilitas telah dibangun dan dioperasikan di ITB. Untuk penguasaan teknologi peroketan, telah dimulai dengan pengembangan Remotely Piloted Vehicle (RPV) yang sekaligus akan melengkapi kemantapan industri dirgantara nasional untuk keperluan militer. Pengembangan RPV ini didukung oleh Lab. Termodinamika Motor dan Propulsi dan Lab. Mekanika di PUSPIPTEK I, Serpong.

Dimana Kerjasama dengan institusi negara-negara lain dalam rangka alih teknologi kedirgantaraan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk-bentuk kerjasama yang telah dijalin selama ini, seperti Kerjasama Selatan-Selatan (antar negara berkembang), Kerjasama Utara-Selatan (antara negara berkembang dengan negara maju) dan juga menggunakan kerjasama bilateral.

Sedangkan kerjasama dengan institusi negara-negara lain perlu dimanfaatkan dalam kerangka kerjasama sebagai berikut:

a. Kerjasama Teknik Antar Negara Berkembang (KTNB) yang selama ini telah dilakukan Indonesia secara aktif dengan penggunaan/pembiayaan dari pihak Indonesia maupun donor. Kegiatan yang telah dilaksanakan selama ini antara lain, pelatihan di bidang pertanian, keuangan dan lain-lain. Negara-negara sedang berkembang lainnya yang mempunyai teknologi kedirgantaraan seperti India cukup aktif dalam kegiatan pelatihan tersebut. Dalam hal ini penjajakan bersama dengan India untuk pelatihan dan saling tukar menukar keahlian/ teknologi kedirgantaraan dapat dilakukan lebih intensif.

b. Pemanfaatan forum-forum seperti GNB dan D-8. Turki misalnya sebagai salah satu anggota D-8 pernah menawarkan proyek kerjasama di bidang pengembangan teknologi penerbangan untuk pertanian.

Selain itu peningkatan kerjasama bilateral antar negara sedang berkembang (misalnya dengan China dan Polandia) dan dengan negara maju (antara lain dengan Jerman, Perancis dan Jepang) melalui pembentukan kerjasama di bidang kedirgantaraan juga dapat dilakukan. Disamping itu perlunya memanfaatkan secara lebih maksimal perjanjian-perjanjian kerjasama teknis yang telah ada di bidang kedirgantaraan dengan negara-negara lain.

Pembentukan suatu pilot project di bidang kedirgantaraan melalui kerjasama dengan negara berkembang dan negara maju maupun dalam forum organisasi internasional maupun multilateral. Hal lain yang perlu dilakukan adalah promosi kemampuan teknologi kedirgantaraan Indonesia kepada negara-negara berkembang melalui forum multilateral (seperti GNB, OKI) untuk memperkenalkan produk Indonesia yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan pasar produk penerbangan Indonesia.

Tidak ada komentar: